Beberapa hari yang lalu kita mendapati berita seorang bayi berusia kurang dari 2 bulan meninggal akibat minum jamu, benarkah? Berita ini membuat kaget banyak orang apalagi mereka yang biasa memberi ramuan tradisional pada anaknya.
Padahal ramuan yang diberikan merupakan ramuan yang sudah umum, yang terdiri dari daun kecipir dan kencur yang diperas. Namun, pada saat itu bayi mengalami sesak napas dan terkena infeksi paru-paru. Pihak keluarga membawa bayi itu ke rumah sakit. Sayangnya, bayi itu tidak tertolong.
Seorang dokter herbal dr. Muthoharrah, M.Si atau yang akrab disapa dr. Mute menanggapi kasus bayi meninggal yang ditengarai disebabkan oleh jamu tersebut.
“Kita tidak bisa memastikan bayi meninggal karena jamu, karena sudah ada penyakit yang dirasakan oleh bayi sebelumnya,” ujar dokter herbal tersebut.
Menurut dokter sekaligus peneliti yang fokus pada pengembangan obat-obatan herbal ini menilai karena orang tua dari bayi tersebut menunda pengobatan ke rumah sakit hingga membuat kondisi penyakitnya semakin memburuk.
Dan saat keluarga membawa ke rumah sakit, bayi tidak dapat tertolong lagi. Ternyata pihak keluarga juga memberikan jamu pada bayi sebelum dilarikan ke rumah sakit. Bayi yang berusia 54 hari sebenarnya belum boleh diberikan jamu”. Ujar dr. Muthoharrah, M.Si.
Sementara itu, menurut dr Mute, jamu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 itu adalah kesediaan obat bahan alami, yang terjaga keamananya dan khasiatnya dibuktikan secara empiris. Jadi ketika diberikan pada bayi yang berusia di bawah 6 bulan, maka menjadi perusak kesehatan pada bayi.
Lebih lanjut ia menjelaskan hal itu karena pencernaan anak usia segitu (54 hari) masih mengalami pertumbuhan, belum mampu mencerna selain ASI. Sehingga saat diberikan jamu dapat menyebabkan pada keracunan, muntah, diare dan kembung pada bayi tersebut. Jadi bayi usia di bawah 6 bulan tidak boleh diberikan makan atau minum apapun selain ASI.
Kemudian menurut penelitian Gail Mahady, PhD, dari Fakultas Farmasi Universitas Illinois dengan jurnal The Journal of Pediatrics yang dimuat dalam webmd.com beberapa obat herbal dapat mengatasi keluhan kesehatan pada anak-anak.
Diperkirakan sekitar 20-40% anak-anak yang telah terpapar produk herbal dapat mengatasi kecemasan hingga insomnia dan juga flu. Penelitian ini menggunakan beberapa bahan herbal seperti echinacea, androgaphis paniculata, cranberry dan sebagainya
Usia Aman Anak Minum Jamu
Menurut dokter herbal yang menyelesaikan studi herbal di Universitas Indonesia, bayi sudah bisa mulai diperkenalkan makanan ketika berusia 6 bulan. Tapi tidak semua makanan dan minuman bisa dikonsumsi oleh bayi.
Misalnya, orang tua boleh memberikan bumbu makanan alami seperti kunyit, jahe dan lainnya. Jika orang tua mengkhususkan untuk memberikan jamu untuk anak perlu ditunggu saat anak sudah berusia di atas 1 tahun, asalkan terjamin keamanan dan khasiatnya sudah terbukti secara empiris. Tapi perlu diingat bahwa jamu ini minuman pendamping, ASI dan makanan pokok tetap sebagai asupan makanan utama bayi.
Memastikan Jamu/ Ramuan Tradisional Aman untuk Dikonsumsi
dr. Mute menjelaskan dalam memberikan makanan untuk bayi pastikan aman baik dalam bentuk bahan dan juga kemasannya. Misalnya Bunda membuatkan jamu untuk si Kecil, pastikan bahan yang dibeli masih tersegel dengan baik, memeriksa tanggal kadaluwarsanya, produknya tetap utuh, dan masih segar.
Selain itu penting juga untuk memastikan bahwa bahan herbal tersebut tidak mengandung hama. Bisa dicuci dulu sebelum diolah. Kemudian untuk tempat produksinya hindari menggunakan aluminium, karena wadah berbahan alumunium jika bertemu dengan bahan herbal bisa berlawanan. Juga, sebaiknya menggunakan wadah kaca bukan plastik.
Jika Bunda ingin mengukur berapa takaran yang dibutuhkan untuk membuat obat tradisional atau jamu bisa mengikuti tips dari nenek moyang terdahulu. Misalnya menakari setengah biji bawang merah, seruas jahe dan kunyit. Namun, jika Bunda ingin mengolah bahan herbal kemasan bisa melihat anjuran yang telah diberikan.
Potensi Keracunan Jamu Karena Salah Cara Peramuannya
dr. Mute menjelaskan dampak ketika salah dalam mencampur ramuan pasti ada, dan akan menjadi racun bagi tubuh. Dampak pencampuran bahan herbal terbagi menjadi tiga berdasarkan efeknya, yaitu semakin berkurang, semakin kuat dan semakin hilang.
Misalnya Bunda ingin membuat obat tradisional untuk menurunkan tekanan darah rendah bisa menggunakan daun seledri dengan daun kumis kucing. Campuran bahan herbal ini tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, perlu untuk mempelajari jurnal-jurnal terkait campuran bahan herbal yang dibutuhkan. Selain itu juga dapat mengacu pada panduan ahli herbal.
Dalam kasus ini, dr. Mute menenkankan, sistem pencernaan bayi sangat berbeda dengan sistem pencernaan orang dewasa dan belum bekerja secara sempurna. Maka dari itu, makanan yang masuk ke dalam pencernaan juga tak boleh sembarangan.
Sistem pencernaan bayi masih sangat rentan terkena infeksi jika diberi makanan atau zat yang berbahaya. Jangan sampai memberi sesuatu selain ASI maupun susu khusus bayi (susu formula) pada bayi agar tidak terjadi kejadian yang fatal.