Hallobunda.co – Apakah anak Bunda sudah memasuki usia 6 Bulan? Jika iya, selamat! Berarti Ia sudah memasuki periode baru yaitu periode Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Fase ini sangatlah penting, karena menentukan asupan yang didapatkan ketika ASI sudah tidak bisa lagi mencukupi kebutuhan gizi hariannya. Oleh sebab itu, banyak banget nih yang harus persiapan MPASI agar menjadi salah satu penopang anak menjadi kuat dan sehat.
Kadang kala ada kondisi dimana Bunda bingung, kira-kira MPASI anak yang bisa buat sehat terdiri apa aja ya? Sehingga kalap menyiapkan semua bahan-bahan yang mengandung unsur makro dan mikro nutriennya. Sayangnya, tak jarang ada bahan yang terbuang karena tidak dimakan oleh anak, sebab Bunda kurang mengetahui komposisi yang pas MPASI.
Nah! Daripada hanya mempersiapkan bahan-bahan MPASI yang berlebih, lebih baik Bunda mengetahui tentang persiapan MPASI anak nih! Supaya tambah informasi Bunda, sudahkan Bunda mengetahui manfaat MPASI untuk anak?
Menurut IDAI MPASI 6-9 Bulan Itu..
Dikutip dari dari buku panduan “Pemberian MPASI” dari IDAI, kebutuhan energi anak setelah menginjak usia 6 Bulan tidak cukup hanya dengan Air Susu Ibu (ASI) saja. Sebab kebutuhan kalori harian anak semakin meningkat selaras dengan bertambahnya usia. Namun, bukan berarti Bunda berhenti memberikan ASI. Perlu diketahui oleh Bunda, MPASI dibutuhkan karena bisa memberikan energi 200 kalori untuk anak.
Setela mengetahui tentang penting MPASI untuk anak menurut IDAI, berikut ada beberapa persiapan MPASI yang perlu Bunda perhatikan untuk anak mulai usia 6 bulan.
5 Persiapan MPASI 6 – 9 Bulan
Tahu Momen Tepat Memberikan MPASI
Sebenarnya MPASI boleh saja diberikan saat anak usia 4 Bulan, tetapi usia ini sangat tidak dianjurkan oleh IDAI. selain itu, pemberian MPASI 4 Bulan juga harus ada persetujuan dari dokter. Umumnya, ada sebab tertentu yang membuat anak harus diberikan MPASI lebih awal, salah satunya anak kesulitan untuk minum ASI, sehingga kebutuhan ASI yang tidak cukup.
Saat anak sudah siap diberikan MPASI, umumnya ditandai dengan beberapa faktor, yang pertama, anak sudah bisa duduk sendiri dengan leher yang tegap dan bisa mengangkat kepala sendiri tanpa bantuan orang lain.
Selanjutnya, anak terlihat antusias dan tertarik dengan makanan yang ada di depannya. Terakhir, anak lebih sering lapar dan menunjukan emosi seperti menangis dan berontak, walaupun sudah diberikan ASI. Ketiga poin ini bisa jadi acuan ketika anak sudah memasuki fase MPASI 6 Bulan.
Perhatikan Kebutuhan Anak
Dalam persiapan MPASI 6 bulan, tentu harus memerhatikan kebutuhan gizi anak yang tepat dan benar. Ada zat gizi makro dan gizi mikro. Makro berkaitan dengan karbohidrat, protein, dan lemak (lemak jenuh dan tak jenuh). Karbohidrat bisa diperoleh dari kentang dan umbi-umbian. Sumber protein dapat dengan mudah didapat , terutama dari bahan makanan seperti daging merah, ikan, ayam, unggas, telur, produk susu, kerang-kerangan, tiram, atau makanan laut.
Sedangkan untuk makanan yang mengandung lemak adalah asam lemak omega 3 dan omega 6. Bunda bisa mendapatkan omega 3 dari bahan makanan seperti minyak ikan, telur, dan walnut. Sementara omega 6 bisa ditemukan di berbagai minyak sayur. Sedangkan gizi mikro adalah aneka vitamin A B C, dan lain sebagainya. Kemudian aneka mineral, zat besi, dan zink,
Belajar Mengolah MPASI yang Baik
Saat mengisi Kuliah Whatsapp bersama Generos, dr. Deva Putriane seorang dokter sekaligus mom influencer menjelaskan bahwa Bunda tidak bisa mengolah MPASI dengan cara yang sama saat mengolah makanan orang dewasa. Sebetulnya, mengolah MPASI digoreng ataupun ditumis diperbolehkan saja, asal tidak berlebihan minyaknya.
Tak jarang banyak Bunda yang takut dalam persiapan MPASI anak jika digoreng akan menyebabkan kolesterol atau darah tinggi. Padahal, anak-anak harus membutuhkan banyak lemak untuk menaikan berat badannya. Asalkan anak tidak punya pantangan terhadap lemak jenuh maupun tidak jenuh.
“Jika bayi itu tidak ada pantangan sama sekali untuk lemak kolesterol, justru semakin banyak makan lemak, semakin bagus, tidak ada batasan sama sekali, tidak boleh membatasi lemak dan kolesterol, justru bayi lagi butuh-butuhnya, bukan hanya untuk berat badan, lemak, sama kolesterol itu tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan otak si anak,” Jelas dr. Deva
Pengolahan lainnya yaitu MPASI jika semakin dimasak dengan cepat, maka nilai gizinya pun akan semakin baik. Sebab, MPASI yang terlalu lama disimpan di lemari pendingin dapat menyebabkan turunnya nilai gizi. Baiknya memang membuat resep MPASI satu porsi untuk satu kali makan saja. Jadi makanan tidak terbuang dan gizi yang diperoleh dari makanan tersebut terpenuhi.
Bunda, Menu MPASI jangan itu-itu aja!
Pernahkan anak Bunda mengalami Gerak Tutup Mulut (GTM) atau tiba-tiba mogok makan. Padahal sebelumnya anak terasa lahap makan MPASI yang dibuat oleh Bunda. Hmm.. perlu dicari akar permasalahan tersebut. Bisa jadi anak sudah mulai bosan nih dengan MPASI yang Bunda buat.
Anak-anak perlu dikenalkan dengan berbagai rasa, termasuk berbagai tekstur makanan. Jadi tidak perlu takut untuk mengenalkan anak dengan makanan yang mengandung karbohidrat. Jika anak tidak mau makan nasi, Bunda bisa ganti dengan kentang, ubi-ubian, dan pasta. Jadi memang harus banyak-banyak cari tahu tentang resep MPASI anak ya!
Solusi Jika Anak GTM
Sebenarnya, GTM itu wajar saja dialami anak. Penyebabnya anak belum terbiasa dengan makanan dengan tekstur yang berbeda. Sebelumnya hanya minum ASI, sekarang harus makananan dengan tekstur walaupun lembut. Anak masih perlu adaptasi, maka perlu kesabaran dan konsisten dalam persiapan MPASI nya. Jangan terlalu dipaksa ya Bunda! Nanti anak bisa merasa ketakutan dan trauma, yang menyebabkan GTM berkepanjangan. Duh! Jangan sampai!
Perhatikan juga jam makan anak, jangan makan lebih dari 30 menit. Jika lebih dari itu, lebih baik berhenti. Atur juga waktu untuk sarapan, makan siang hingga waktu ngemil. Tujuan mengatur jam makan agar anak bisa merasa lapar pada jam-jam tertentu. Terakhir, mulai coba variasikan snack untuk anak ya! Ingat Bunda, biar anak gak bosan.
“ketika makan utama, maka makan utama hanya makan utama. Ketika jam snack boleh snack dan snack itu nggak harus buah. Snack yang lain misalnya snack-nya adalah ASI, sufor. Jadi yang terpenting adalah ibunya tahu ibunya bisa mengatur jarak antara jam makan, dan jam ASI,” tutur dr. Deva