Hari raya Idul Fitri merupakan momen yang membahagiakan bagi umat Muslim. Karena dalam momen perkumpulan ini memiliki berbagai tradisi tak terkecuali sajian yang menggugah selera yang terkadang hanya dapat dinikmati setahun sekali. Merayakan lebaran identik dengan makan-makanan spesial dengan berbagai suguhan yang identik dengan gula, yaitu makanan dan minuman manis.
Lebaran yang mengumpulkan semua kerabat untuk bersilaturahim dan bercengkerama ini akan membuat sebagian besar orang memakan hidangan yang telah disuguhkan. Kondisi ini tidak terlepas dari anak-anak yang tentunya akan menikmati hidangan di depan mata. Namun, jika tidak diperhatikan hal tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan.
Ahli Gizi Kharizka Citra Palupi mengingatkan tentang batasan konsumsi gula dalam podcast parenting yang ditayangkan di channel Youtube Official Generos. Pada bulan Ramadhan biasanya Ayah dan Bunda mengonsumsi makanan dan minuman manis hanya pada saat berbuka saja. Seperti kolak, es buah, kurma dan makanan manis lainnya.
Namun, pada saat lebaran tentu akan berbeda yang mana sudah bisa menikmati semua hidangan tanpa dibatasi waktu. Begitu juga dengan aktivitas kembali layaknya seperti sebelum Ramadhan. Dengan keadaan yang berbeda tentu pola makan harus lebih ekstra dikontrol terutama yang berhubungan dengan yang manis-manis.
Gula merupakan sumber karbohidrat sederhana. Gula yang menjadi bahaya yakni gula tambahan bukan yang alami dari makanan. Karena dalam makanan seperti buah-buahan ada natural sugar yang disebut fruktosa, dan juga dari nasi yang lama-lama dikunyah akan terasa manis.
Sebenarnya tubuh kita membutuhkan kalori 10% dalam sehari. Tapi untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun berbeda, mereka tidak perlu diperkenalkan dengan makanan yang manis-manis, karena dapat mengurangi kecenderungan untuk menghindari makanan rumahan. Dikhawatirkan anak-anak akan cenderung tidak mau belajar makan makanan dengan gizi seimbang. Padahal sebenarnya kalau orang tua tidak mengenalkan makanan manis pun nantinya mereka pasti akan suka.
“Untuk kebutuhan gula anak sekolah atau orang dewasa bisa dilihat dari aktivitas fisiknya, jenis kelaminnya, dan apakah punya penyakit atau tidak. Bisa cek di AKG (Angka Kecukupan Gizi). Kalau menghindari 100% kadang berat, jadi perlu menghindari nyetok makanan yang manis di kulkas tapi sesekali tidak masalah,” tuturnya dalam podcast tersebut.
Jadi begitu pentingnya ilmu gizi mempengaruhi kesehatan dari segi pola makan dan takaran yang ada pada makanan. Misalnya saat mengonsumsi makanan manis dengan takaran tidak banyak, biasanya tubuh masih punya kemampuan detoksifikasi yaitu kemampuan membuang racun. Tapi kalau tidak diatur dan mengonsumsi secara berlebihan maka bisa menjadi penyakit.