Kekerasan pada anak masih terus terjadi hingga saat ini. Bahkan mungkin itu dilakukan oleh kita sendiri, orang tua, yang tengah mengalami kelelahan fisik dan mental menjadi orang tua. Meskipun kelelahan itu memang wajar terjadi, namun bukan berarti tindakan buruk kepada anak dapat dibenarkan.
Masa-masa bayi dan balita adalah masa keemasan untuk menyimpan memori mengenai bagaimana mereka diperlakukan. Demikian dengan anak-anak, mereka akan selalu mengingat bagaimana mereka diperlakukan, dan bagaimana mereka dibesarkan.
Baru-baru ini dikabarkan melalui Kompas.com bahwa seorang balita perempuan berinisial AF yang masih berusia 2 tahun ditemukan meninggal dunia. Setelah diperiksa tubuhnya, rupanya ia mengalami luka-luka yang ada di sekujur tubuh, yang diduga dianiaya menggunakan benda tumpul. Dari hasil pemeriksaan di puskesmas, terdapat luka lebam, bagian kepala, mata, bibir, dan punggung.
Menurut salah satu tetangga sekitar kompleks, Sudiyono, ia sering mendengar suara tangisan korban. “Suara tangisan itu terdengar dari kontrakan tempat AF tinggal bersama dengan kakek nenek tirinya. Namun, suara itu beberapa saat hilang timbul begitu saja dan kalau suara ribut-ribut enggak ada,” katanya.
Usut punya usut, ternyata balita tersebut mendapat menganiayaan karena kakek dan nenek tirinya kesal lantaran dititipi seorang anak tapi tidak diberikan uang sebagai biaya hidupnya.
Bagaimanapun itu, dampak kekerasan fisik pada bayi dan anak tak sementara, jika terus berlanjut, buah hati akan mengalami luka fisik maupun psikologis yang membekas selamanya pada hidup mereka.