Tumbuh Kembang – Mengasuh anak bukanlah suatu perkara yang mudah. Bahkan sebagai orang tua, kita perlu untuk mengelola emosi kita agar tidak berdampak buruk terhadap mental anak. Karena ternyata setiap hal yang dilihat oleh anak dari orang tuanya akan berdampak dan kemungkinan besar anak akan mencontohnya. Ini juga berlaku ketika orang tua melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik terhadap pasangannya maupun terhadap anak.
Terkadang dalam berumah tangga terdapat perselisihan. Hal itu memang wajar terjadi, namun perlu bagi kedua orang tua untuk bisa mengelola emosi agar tak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi jika sampai terjadi KDRT. Baik menimpa langsung atau tidak terhadap anak tetap saja berdampak buruk bagi anak.
Tidak hanya dampak fisik yang dialami anak, tapi juga psikis, meskipun ia tidak menjadi korban KDRT secara langsung. Dampak buruk saat anak menyaksikan KDRT dapat terjadi dalam jangka pendek dan juga jangka panjang. Bagaimana dampaknya? Berikut beberapa penjelasannya.
1. Dampak Jangka Pendek KDRT
Dampak jangka pendek atau dampak secara langsung bagi anak yang menyaksikan KDRT dapat dibedakan menjadi tiga kelompok usia. Menurut pemaparan dari situs resmi Lembaga Kesehatan Wanita Amerika Serikat (OASH) sebagai berikut:
Anak-anak usia prasekolah
Anak balita atau usia prasekolah yang menyaksikan kekerasan pasangan suami istri mungkin mulai melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan ketika mereka masih kecil, seperti mengompol, mengisap jempol, menangis, dan merengek. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan untuk tidur nyenyak. Ia juga akan menunjukkan tanda-tanda stres, seperti bicara dengan gagap atau bahkan tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Selain itu ia juga dapat menunjukkan tanda-tanda separation anxiety disorder (SAD) yang parah.
SAD merupakan suatu gangguan kecemasan pada anak-anak yang merasa sedih ketika berpisah atau ditinggal orang tuanya, meskipun hanya sebentar. Kondisi ini terutama terjadi saat masih bayi atau di bawah usia 5 tahun. Berbagai hal yang dilakukan anak tersebut merupakan tanda-tanda kecemasan dan ketakutan setelah melihat KDRT yang menimpa orang yang disayanginya.
Anak usia sekolah
Anak-anak dalam rentang usia ini mungkin merasa bersalah tentang KDRT yang menimpa orang tuanya dan menyalahkan diri mereka sendiri untuk itu. Kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan dapat menyakiti harga diri anak-anak. Jika anak telah merasa demikian ini akan berdampak pada kesehariannya.
Mungkin mereka mejadi enggan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Terkadang juga mereka akan mengalami penurunan prestasi akademiknya. Tidak hanya itu, karena kondisi mental yang kurang prima membuat mereka memiliki lebih sedikit teman daripada yang lain, dan lebih sering mendapat masalah.
Seperti diketahui bahwa kesehatan mental akan mempengaruhi kesehatan tubuh siapapun yang mengalaminya. Baik orang dewasa maupun anak-anak, akan memiliki dampak yang sama. Ketika kesehatan mental anak sedang tidak baik karena mereka telah menyaksikan KDRT di dalam rumahnya, mereka mungkin akan lebih sering sakit, terutama sakit kepala dan sakit perut.
Remaja
Remaja yang menyaksikan KDRT di dalam rumahnya dapat bertindak negatif, seperti berkelahi dengan anggota keluarga atau melakukan aksi bolos sekolah. Mereka juga mungkin terlibat dalam perilaku berisiko, seperti melakukan seks bebas, mulai meminum minuman beralkohol atau bahkan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Mereka mungkin memiliki harga diri yang rendah dan kesulitan dalam berteman. Mereka juga mungkin mulai berkelahi atau menggertak orang lain. Bahkan mereka juga lebih mungkin untuk melakukan tindakan kriminal. Jenis perilaku ini lebih sering terjadi pada remaja laki-laki yang mengalami pelecehan atau menyaksikan KDRT daripada remaja perempuan. Untuk anak perempuan lebih mungkin mengalami depresi dan menarik diri dari lingkungan sosial atau antisosial.
2. Dampak Jangka Panjang KDRT
Anak-anak yang tumbuh dengan menyaksikan orang tua mengalami pelecehan atau KDRT cenderung menghadapi efek yang bertahan hingga dewasa. Beberapa efek jangka panjang yang dialami anak-anak setelah menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga dibahas di bawah ini.
Depresi
Anak yang cemas yang dibesarkan dalam lingkungan yang toxic dan kasar dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang depresi . Trauma menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga secara rutin menempatkan anak-anak pada risiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, masalah konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga dewasa.
Masalah kesehatan
Seperti halnya terjadi dalam jangka pendek, anak-anak yang menyaksikan KDRT dalam hidupnya akan lebih sering sakit terutama sakit kepala dan sakit perut. Ini merupakan efek dari stres dan kecemasan anak yang mempengaruhi kesehatan tubuhnya. Ternyata itu juga dapat terjadi dalam jangka panjang hingga ia dewasa.
Pola makan yang buruk atau risiko lingkungan mungkin tidak selalu menjadi penyebab utama kondisi seperti penyakit jantung, obesitas, dan diabetes di masa dewasa. Dalam beberapa kasus, penyakit ini memiliki hubungan langsung dengan pelecehan fisik, emosional, dan verbal yang disaksikan atau dialami oleh anak.
Mengulangi Kekerasan yang Sama
Merasakan rasa sakit dan kesedihan menyaksikan kekerasan tidak selalu menjamin bahwa anak-anak akan menempuh jalan yang berbeda. Dalam beberapa kasus, paparan dini terhadap pelecehan hanya membuat anak-anak berjalan di jalur yang sama di masa dewasa. Itu artinya mereka akan cenderung melakukan hal yang sama seperti yang telah ia lihat ketika masa kanak-kanak.
Dalam kasus ini, anak laki-laki mungkin secara fisik melecehkan pasangannya setelah melihat ayah mereka melakukan hal yang sama. Demikian juga, perempuan yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga lebih mungkin untuk mendapatkan kekerasan fisik oleh pasangannya di masa dewasa.