hallobunda.co – Saat ini kualitas udara Jakarta semakin buruk, bahkan telah berdampak pada kesehatan masyarakat, berimbas juga ke anak-anak.
Ternyata kualitas udara Jakarta semakin buruk juga akan berpengaruh pada kesehatan anak-anak yang telah menghirupnya.
Kualitas udara Jakarta semakin buruk ini diketahui berdasarkan situs lQAir yakni platform informasi yang dapat dilihat secara real time.
Dikutip dari lQAir pada Selasa (6/6/2023), indeks kualitas udara pada daerah Jakarta sudah berada di angka 132.
Dengan angka yang tinggi itu, Jakarta mendapatkan warna oranye yang berarti udaranya berstatus tidak sehat bagi kelompok yang sensitif.
Karena kualitas udara yang buruk, pada akhirnya Dokter Spesialis Anak Sastrio Bhuwono Prakoso berkomentar dengan kondisi saat ini.
Sastrio pun menghimbau agar anak-anak tidak sering keluar rumah saat berada di pusat kota Jakarta.
“Jabodetabek anak-anak jangan keluar dulu ya anak-anak jadi banyak yang sakit,” tulisnya pada unggahan akun TikTok @dr_iogh.
Menurut penjelasan dokter anak itu, selama dua minggu belakangan ini para pasiennya banyak yang mengeluhkan tentang kondisi batuk, pilek, hingga bronkopneumonia.
Sehingga sebagai Dokter Spesialis Anak, ia mengingatkan agar para Bunda lebih berhati-hati lantaran kualitas udara yang tidak sehat.
“Buat yang di Jakarta hati-hati ya polusi lagi jelek-jeleknya nih, jadi banyak banget pasienku 2 minggu ini batuk, pilek, dan bronkopneumonia,” ujar Sastrio.
“Pokoknya nggak enak lah ISPA gitu atau pneumonia, hati-hati ya,” sambungnya.
Tak hanya sampai di situ saja, menurutnya dalam kondisi seperti ini lebih baik anak-anak tetap berada dalam rumah.
Selain itu, Sastrio juga menghimbau agar berhati-hati dengan rokok, vape, dan asap akibat dari membakar sampah. Karena itu dapat memperburuk keadaan.
“Lebih baik di rumah, hati-hati sama rokok, vape dan yang bakar sampah yeahh sehat-sehat ya,” jelas dokter spesialis anak itu.
Cara Melindungi Diri dari Udara Buruk Jakarta
Dikutip dari situs resmi lQAir, diberitahukan apa saja cara yang dapat melindungi diri dan anak-anak dari polusi udara Jakarta.
Pasalnya kualitas udara Jakarta semakin buruk atau berstatus tidak sehat bagi kesehatan, yuk Bunda simak lebih lanjut.
Jika anak-anak termasuk sebagai kelompok sensitif sebaiknya memakai masker saat berpergian.
Jika tinggal di daerah Jakarta lebih baik tutup jendela segera untuk menghindari udara luar yang kotor.
Tak hanya itu saja, setiap rumah juga harus memiliki penyaring udara, agar oksigen tidak terkontaminasi oleh polusi.
Jika sudah tidak memiliki kegiatan, lebih baik mulai saat ini untuk mengurangi aktivitas outdoor.
Bunda harus lebih waspada lagi, ternyata efek dari kualitas udara Jakarta semakin buruk bisa menyebabkan dampak yang berbahaya.
Dampak Bagi Si Kecil
Saat kualitas udara buruk, anak akan rawan terkena infeksi saluran napas atas, termasuk juga batuk pilek yang disertai demam.
Si kecil bisa pula mengalami pembesaran amandel, bronkopneumonia atau infeksi paru-paru, dan asma.
“Anak usia di bawah dua tahun bisa mengalami bronkiolitis, biasanya ada sesak napas yang diikuti demam dan bunyi seperti asma,” jelas Dokter Spesialis Anak itu.
Menurutnya, gangguan bisa saja terjadi akibat polutan udara yang terhirup masuk ke saluran pernapasan si Kecil.
Bisa saja di antaranya sebesar polutan PM 2.5 atau polutan yang berukuran 2,5 mikrometer.
Selain itu, sebaiknya hindari anak terkena hujan lantaran banyaknya partikel polusi jatuh bersamaan dengan air hujan.
“Pemantauan aplikasi polusi udara berkala juga direkomendasikan,” tutupnya.
Dokter Spesialis Paru Prof. Dr, dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menjelaskan, jika menghirup partikel PM 2.5 dalam jumlah yang banyak, seseorang bisa mengalami peradangan kronik pada sistem vaskular atau pada pembuluh darah dari seluruh tubuh.
“Bisa meningkatkan risiko penyakit jantung sampai stroke, karena polutan yang ukurannya sangat halus masuk dalam darah,” jelas Agus.
“Ada terdistribusi di tubuh, dan beresiko meningkatkan penyempitan pembuluh darah pada jantung,” sambungnya.
Bukan hanya itu, PM 2.5 juga bersifat karsinogen atau dapat menjadi pemicu kanker yang ganas.
Agus juga menerangkan dalam PM 2.5 ada partikel yang menyebabkan terjadinya kanker pada anak.
Menurut Dokter Spesialis Paru itu menunjukan bahwa anak yang terpapar polusi tinggi secara terus menerus selama bertahun-tahun sebabkan risiko kanker.
“Itu datanya 4-5 persen dari penderita kanker paru itu karena polusi dan polusinya karena PM 2.5,” tutupnya.
Gimana Bunda, sekarang sudah tahukan bahwa kualitas udara Jakarta semakin buruk anak bisa beresiko terkena kanker paru-paru.
Maka dari itu, mulai sekarang yuk menjaga anak Bunda dengan menggunakan masker setiap berpergian ke wilayah Jabodetabek.***