Tak hanya sampai di situ, sang dokter pun telah memberikan saran terbaik keduanya, dengan mengungkapkan bahwa jadi orang tua jangan egois.
“Kata-kata spesialis itu terus saja berada di kepala saja ‘Kamu egois jika kamu tidak melakukan aborsi” ungkap Mariaan.
“Anda harus memikirkan anak itu, dia tidak akan pernah bisa memiliki kualitas hidup yang normal,” sambungnya sambil menjelaskan ucapan dokter tersebut.
Mariaan pun sempat marah kepada sang pencipta dan tak pernah berhenti menyalahkan diri sendiri.
“Saya marah kepada Tuhan karena mengizinkan ini, ada menyalahkan diri sendiri dan rasa sakit,” ujar ibu satu anak tersebut.
“Dan ketakutan akan hal yang tidak diketahui dan masa depan yang tidak pasti,” lanjutnya.
Diketahui sebelumnya, Mariaan dan Hendrik sama-sama memiliki kesibukan bekerja secara full time.
Mariaan dan sang suami pun mengetahui bahwa membesarkan bayi dengan kekurangan fisik akan lebih sulit.
Namun, keluarga kecil tersebut memiliki tekad yang besar untuk menyambut bayi laki-laki mereka.
Mariaan telah melahirkan Hendre pada bulan Juni tahun lalu, tetapi butuh beberapa bulan bagi dirinya untuk merasa yakin bahwa ibu anak satu itu membuat keputusan yang tepat.
“Kami menangis karena itu momen yang sangat indah, kemudian depresi yang besar dan kelam menimpa saya,” kata Mariaan.
Pasangan tersebut sempat berburuk sangka kepada sang pencipta lantaran kenapa harus anaknya yang mendapatkan kekurangan.
“Saya berpikir, mengapa kami? Kenapa anak kita? Anda berdoa dan meminta anak yang sehat, tetapi kemudian hal ini terjadi,” ucap istri Hendrik itu.
“Tetapi jika saya harus memilih hari ini, saya akan membawanya begitu saja lagi tanpa lengan,” lanjutnya.
Tak hanya itu saja, ternyata sangat disayangkan anak pertamanya itu lahir dengan beberapa komplikasi lainnya.
Kaki diputar ke dalam, yang mengharuskan Hendre menggunakan gips setiap saat.
Hendre lahir tanpa fibula dan perutnya belum membesar, jadi dia hanya bisa meminum 30 mililiter susu sekaligus.
Anak tercintanya Mariaan itu membutuhkan perawatan secara terus menerus, dan tidur di rumah bibinya dua malam seminggu dan dua malam seminggu bersama ibunya.