Dalam memberikan mainan untuk anak-anak tidak boleh sembarangan. Jika memberikan mainan untuk melatihnya menembak, memanah dan sebagainya maka ajarkan anak bermain dengan aman dan tidak sembarangan. Penting juga untuk mendampingi anak selama permainan berlangsung.
Selain itu, penting untuk memperhatikan usia si Kecil saat memberikan mainan karena itu berpengaruh pada tingkat keamanan mainan tersebut apakah memang sudah boleh dimainkan pada usianya atau belum.
Untuk anak yang masih dalam fase oral, yaitu pada usia 0-18 bulan, Bunda sebaiknya tidak memberikan mainan yang tidak aman ketika dimasukkan ke dalam mulutnya, seperti mainan dengan ukuran sangat kecil. Karena pada masa ini si Kecil akan gemar memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya. Dan hindari mainan dengan tali yang panjang, terutama untuk bayi dan anak kecil.
Contoh permainan yang lagi trend sekarang adalah latto-latto. Mainan ini bisa dimainkan semua usia, dan memiliki banyak manfaat. Namun baru-baru ini terdapat kasus yang terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat, di mana permainan ini membuat seorang anak berusia 8 tahun menjalani operasi mata.
Seperti informasi yang dimuat di Kompas.com, seorang anak berinisial AN itu pulang ke rumah dengan mata merah selepas bermain latto-latto di rumah temannya. Ayah korban (AJ) mengatakan, bahwa latto-latto yang dimainkan sang anak pecah dan serpihannya tertancap ke mata.
“Awal kejadian itu kami bawa dulu ke Kimia Farma kemudian mendapatkan rujukan ke RSUD Soedarso. Setelah dirawat ternyata harus di operasi,” ucap AJ.
Selain berbahaya, ternyata bunyi yang dihasilkan latto-latto secara konstan “tek tek tek” dari dua bola clackers yang dibenturkan, dinilai menimbulkan kebisingan. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto mengungkapkan, “setuju jika sekolah melarang latto-latto agar bisa melindungi anak dan agar tidak menggangu konsentrasi di lingkungan belajar.”
Kendati demikian, permainan latto-latto ini memiliki sisi positif, di antaranya seperti dapat melatih ketangkasan fisik anak, kepercayaan diri, melatih sosialisasi, dan juga melatih pengelolaan emosi. Namun memang perlu dilakukan dengan aman.
Terutama untuk anak-anak, orang dewasa baik orang tua maupun orang dewasa lainnya diharapkan dapat memantau mereka saat bermain agar tidak sampai berlebihan hingga membuat latto-latto tersebut pecah dan akhirnya menimbulkan korban.
Selain itu, orang tua juga perlu memberikan pemahaman kepada anak agar saat bermain latto-latto tidak sampai mengganggu orang lain. Seperti saat berada di tempat umum, misalnya di rumah sakit. Sebaiknya orang tua tidak mengizinkan anak memainkan latto-latto di rumah sakit karena itu dapat mengganggu pasien yang ada di sana. Sebab, tidak semua orang bisa tahan mendengarkan kebisingan dari latto-latto ini.
Tidak hanya latto-latto, berikut beberapa alternatif permainan lain yang juga dapat mengedukasi anak-anak. Berikut kelima permainan edukasi tersebut:
1. Puzzle
Permainan puzzle juga dapat melatih kecerdasan otak anak. Dengan menyusun puzzle, hal ini dapat menstimulasi otak, melatih konsentrasi, dan berpikir serta merangsang saraf motorik halus untuk si Kecil. Biasanya, puzzle merupakan sebuah gambar yang diacak lalu harus disusun secara perlahan hingga selesai. Namun, tingkat kesulitan puzzle tergantung dari usia anak.
2. Kursi Musik
Permainan ini dapat melatih cekatan sekaligus melatih kejujuran dan rasa ikhlas. Caranya mudah, dalam permainan ini akan disediakan sejumlah kursi berbentuk lingkaran, lalu para pemain harus berjoget dengan iringan lagu yang diputar. Ketika musik berhenti, pemain ini harus segera duduk di kursi yang telah disediakan.
Menariknya, kursi yang tersedia jumlahnya tidak sama dengan orang yang ikut bermain. Misalnya, ada 8 pemain yang ikut game kursi musik, namun kursi yang tersedia hanya 7 buah.
Jadi, ketika musik berhenti, kedelapan orang tersebut saling memperebutkan 7 kursi, maka bakal ada satu orang yang tidak kedapatan kursi dan dinyatakan gagal. Mainan ini terus berlanjut sampai menyisakan 2 orang dengan satu kursi. Kedua permainan ini harus saling berebut satu kursi agar bisa menjadi pemenangnya.
Karena ini merupakan permainan rebutan, maka orang dewasa juga perlu untuk mengawasi agar tidak terjadi cedera bagi si Kecil yang memainkannya. Sebab biasanya anak-anak yang telanjur asyik dan terbawa suasana akan bermain dengan heboh yang bisa saja akan menabrak lawan mainnya sehingga bisa saja menimbulkan cedera.
3. Balok Kayu
Mainan balok kayu menginspirasi anak untuk melakukan bermain pura-pura, membangun, dan menciptakan sesuatu. Hal ini tentu dapat mengasah kreativitas Si Kecil. Tentu saja, orang tua perlu untuk mengawasi anak-anak saat bermain.
Terlebih untuk anak yang sedang suka melempar, sebaiknya tidak diberikan balok kayu karena ini dapat membuat cedera teman mainnya jika terkena lemparan balok kayu tersebut.
4. Melukis dengan Cat Air Warna-Warni
Menyiapkan banyak kertas kosong sehingga anak-anak dapat membuat seni melukis dengan cat air sangat penting untuk mendorong perkembangan kreativitas Si Kecil. Bermain warna dengan cat air dapat melatih sensorinya. Selain itu juga melatih si Kecil untuk berkreasi.
<!--nextpage-->
Lagi-lagi, Bunda juga perlu untuk mengawasi si Kecil agar jangan sampai cat air tersebut masuk ke mulutnya. Terutama untuk anak yang masih dalam fase oral, yang tertarik untuk memakan semua benda yang ia lihat.
5. Bermain Figur
Hampir semua permainan figur boneka, binatang, figur aksi, dapat menginspirasi jenis mainan imajinatif. Sehingga anak-anak akan bercakap-cakap dan bermain skenario dengan mainannya.
Mainan Transformer misalnya sangat baik untuk diperkenalkan pada anak balita yang senang berimajinasi. Mainan ini dapat berubah dari dinosaurus menjadi mobil dan membuat suara yang sangat realistis dalam kedua bentuk.
Sama halnya dengan mainan balok kayu, mainan ini juga tidak aman untuk anak yang sedang suka melempar, karena saat mainan ini dilempar dan mengenai orang lain dapat membuat cedera. Termasuk juga untuk anak yang masih fase oral, karena beberapa mainan figur aksi terdiri dari partikel-partikel kecil yang jika masuk mulut si Kecil dapat tertelan.
Demikian beberapa mainan edukasi dengan segala plus-minusnya. Ayah dan Bunda tidak melulu harus melarang si Kecil bermain karena dampak buruk dari permainan tersebut. Bagaimanapun, permainan tersebut tetap memiliki sisi positif untuk tumbuh kembang si Kecil. Ayah dan Bunda hanya perlu untuk ikut bermain bersama si Kecil agar ia tetap bermain dengan aman.